Jumat, 12 Maret 2010

Pohon PInang mulai langka




Pinang (Areca catechu) dulu dekat dengan masyarakat, terutama orang-orang yang suka nyirih. Campuran antara daun sirih, pinang, kapur menjadi menu wajib nenek saya dulu. Relief pada Candi Borobudur dan Candi Sukuh, keduanya berselisih sekitar delapan abad, juga menampilkan pohon pinang secara jelas. Artinya keberadaan pinang memang sudah menjadi bagian dari masyarakat di nusantara ini sejak lama.

Menurut primbon.com, pohon pinang merah dapat mengundang rezeki dan mmenjadi penangkal niat jahat dari orang yang hobby meneluh, guna-guna, santet dan sebagainya. Anda percaya? Saya sih nggak percaya…

Nah, setiap bulan Agustus masyarakat Indonesia semakin dekat dengan pohon pinang. Permainan panjat pinang seakan menjadi menu wajib untuk memeriahkan hari kemerdekaan. Ini sebenarnya permainan lucu-lucuan yang memadukan antara kerjasama, kekuatan, keberanian, kekonyolan, dan keberuntungan. Bagaimana detail permainan itu?

Sebuah pohon pinang yang tinggi dan batangnya dilumuri oleh pelumas disiapkan oleh panitia perlombaan. Pada bagian atasnya diletakkan berbagai hadiah menarik. Para peserta berlomba untuk mendapatkan hadiah-hadiah tersebut dengan cara memanjat batang pohon. Oleh karena batang pohon tersebut licin karena dibaluri minyak pelumas, para pemanjat batang pohon sering kali jatuh. Akal dan kerja sama para peserta untuk memanjat batang pohon inilah yang biasanya berhasil mengatasi licinnya batang pohon, dan menjadi atraksi menarik bagi para penonton.

Tapi, pernahkah kita berpikir bahwa diperlukan waktu antara enam sampai lima tahun bagi sebuah pohon pinang untuk tumbuh setinggi kurang lebih 15 meter? Jika, katakanlah, semua kecamatan di Indonesia yang berjumlah 5500 menyelenggarakan panjat pinang, maka ada 5500 pohon pinang yang tumbuh sejak lima atau enam tahun lalu dibabat dan teronggok begitu saja setelah tujuh belasan.

Apa jadinya jika bukan tiap kecamatan, tapi tiap desa membuat acara panjat pinang? Akan lebih banyak lagi pohon pinang yang tercabut dari akarnya. Padahal selama ini tidak pernah ada masyarakat yang melakukan penanaman pohon pinang di lingkungan mereka. Jika dari tahun ke tahun hal seperti ini terjadi, adalah sebuah keniscayaan bagi punahnya pohon pinang dari bumi nusantara. Kita tidak ingin itu terjadi, khan? Pakai apa dong nenek-nenek kita nanti kalau pengin nyirih?

Jadi, sudah saatnya kita hentikan acara panjat pinang. Masih ada acara lain yang lebih menghibur daripada panjat pinang itu. Setuju?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar